Kenapa Trump Jadi Sasaran Penembakan?
Senin, 15 Juli 2024
Edit
Mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump ditembak saat berpidato di Pennsylvania pada Sabtu (13/7). Ia lolos dari maut namun telinganya robek karena terkena peluru.
Biro Investigasi Federal (Federal Bureau of Investigation/FBI) telah mengidentifikasi pelaku sebagai pemuda 20 tahun bernama Thomas Matthew Crooks.
Crooks tercatat sebagai pemilih Partai Republik yang tinggal di Bethel Park, Pennsylvania. Ia menggunakan senjata berjenis AR milik ayahnya dalam penembakan tersebut.
Dilansir dari NBC News, motif penembakan Trump hingga kini belum diketahui.
Agen khusus FBI di Pittsburgh, Kevin Rojek, mengatakan tim penyelidik masih melakukan investigasi terhadap insiden ini.
"Kami belum mengidentifikasi motif [penembakan]. Namun tim penyelidik terus bekerja tanpa lelah untuk mengidentifikasi hal ini," kata Rojek.
FBI menyatakan tim penyelidik telah menelusuri media sosial dan email Crooks untuk mencari motif. Namun, tak ada tanda-tanda apapun yang menunjukkan titik terang.
Tim penyelidik saat ini telah mengamankan ponsel Crooks untuk menganalisanya lebih jauh, demikian dilaporkan CBS News.
Sementara itu, seorang pejabat senior penegak hukum, yang secara langsung menjelaskan masalah tersebut, mengatakan penembakan ini menunjukkan bahwa ideologi politik kemungkinan menjadi motif insiden tersebut. Meski begitu, belum ada bukti terkait dugaan ini.
CNN International mengungkap tiga sumber penegak hukum mengonfirmasi bahwa penembak berada di luar lokasi kampanye mantan Presiden Donald Trump di Pennsylvania, AS.
Dua dari sumber tersebut mengatakan penembak berada di atap sebuah bangunan di luar lokasi. Berbagai sumber penegak hukum menyebut individu ini sebagai penembak jitu, meskipun rincian tambahan mengenai hal itu belum jelas.
Jaksa Wilayah Butler County Richard Goldinger mengatakan dia diberitahu oleh kepala detektif bahwa penembak berada di sebuah gedung yang berdekatan dengan properti tersebut.
"Diperlukan senapan," katanya. "Jaraknya beberapa ratus meter."
Diketahui, Trump langsung dibawa keluar oleh Secret Service dari tempat dia berpidato usai menerima tembakan. Dari foto yang diterima CNN International, telinga mantan presiden itu berdarah.
Capres AS Donald Trump sebut ia seharusnya mati dalam penembakan. (REUTERS/Brendan McDermid) |
Bakal calon presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan seharusnya dia meninggal dalam penembakan saat kampanye di Pennsylvania pada Sabtu (13/7).
Trump tertembak saat sedang pidato di rapat umum itu. Imbas serangan tersebut, dia mengalami luka di bagian telinga.
"Saya seharusnya tidak di sini. Saya seharusnya sudah meninggal," kata Trump saat wawancara dengan New York Times, dikutip CNN, Senin.
Dia lalu berujar, "Karena beruntung atau karena Tuhan, banyak orang bilang karena Tuhan saya di sini."
Saat wawancara, tampak perban putih besar di bagian telinga Trump.
Presiden AS periode 2016-2020 itu juga menunjukkan lengan kanannya yang lebam. Namun, New York Times tak diizinkan mengambil gambar Trump selama proses tanya-jawab ini.
Di kesempatan itu, Trump juga mengungkapkan kesan soal foto dia yang mengepalkan tangan, darah terlihat di pelipis, dan bendera AS berkibar di belakang dia. Gambar tersebut viral di media sosial.
"Banyak orang bilang itu foto ikonis yang pernah mereka lihat. Mereka benar dan saya tak mati," ujar dia.
"Biasanya Anda harus meninggal untuk bisa punya foto ikonis," imbuh Trump.
Trump juga mengatakan setelah penembakan, dia ingin terus berbicara di depan para pendukungnya.
Namun, anggota Secret Service tampak bergegas membawa Trump ke fasilitas medis.
"Saya ingin terus bicara, tapi saya baru saja tertembak," ungkap dia.
Tak lama setelah penembakan, Trump terlihat mengepalkan tangan dan sempat mengatakan "lawan!"
Trump mengalami upaya pembunuhan pada akhir pekan lalu. Pelaku meluncurkan peluru dari atap gedung di luar lokasi kampanye menggunakan senapan AR-style 556.
Namun, pelaku tewas ditembak anggota Secret Service. Saat insiden, dia tak membawa identitas apapun.
Biro Investigasi Federal (FBI) lalu mengidentifikasi pelaku menggunakan DNA dan konfirmasi biometrik. Hasil pemeriksaan menunjukkan pelaku adalah laki-laki berusia 20 tahun asal Pennsylvania, Thomas Matthew Crooks.
FBI hingga kini masih melakukan investigasi dan menelusuri cara Crooks mendapat senjata.
Secret Service juga menjadi sorotan karena dianggap kecolongan dalam mengamankan presiden AS ke-45 itu.
Sumber : CNNIndonesia