5 Update Israel-Gaza: Hamas-Fatah Damai, Xi Jinping 'Tembak' Netanyahu

 
Orang-orang berdemonstrasi ketika kelompok protes Israel melancarkan hari pemogokan dan perlawanan di tengah konflik Israel-Hamas, di Yerusalem 27 Juni 2024. (REUTERS/Ammar Awad)
Kondisi di wilayah Timur Tengah masih terus memanas. Ini disebabkan serangan Israel secara membabi buta di wilayah Gaza, Palestina, yang menewaskan hingga 39 ribu warga sipil.

Belum ada tanda-tanda konflik ini akan selesai. Namun sejumlah pihak dunia masih berupaya untuk menciptakan perdamaian di wilayah itu.

Berikut perkembangan terbarunya sebagaimana dirangkum CNBC Indonesia, Selasa (23/7/2024):

1. Xi Jinping 'Tembak' Netanyahu
Pemerintah China kembali melontarkan pernyataan keras kepada Israel. Hal ini dilontarkan dalam sebuah konferensi pers Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) China yang digelar oleh Juru Bicara Kemenlu, Mao Ning, Senin (22/7/2024).

Dalam pernyataan resminya, Mao menyebut China pendapat penasihat Mahkamah Internasional (ICJ) bahwa Israel mencaplok wilayah Palestina secara ilegal merupakan tahapan penting dari konflik dua negara itu. Menurutnya, pernyataan ini memvalidasi asumsi dunia bahwa Israel benar-benar melakukan pelanggaran aturan internasional.

"Pernyataan ini menanggapi kekhawatiran dan harapan masyarakat internasional yang meluas dan memperjelas bahwa kehadiran Israel yang terus berlanjut di Wilayah Pendudukan Palestina merupakan pelanggaran terhadap hukum internasional," tegasnya.

"Israel berkewajiban untuk mengakhiri kehadirannya yang melanggar hukum di Wilayah Pendudukan Palestina secepat mungkin."

Mao menambahkan bahwa konflik Israel-Palestina mendapat banyak perhatian internasional. Maka itu, sebagai salah satu kekuatan global, China secara aktif berpartisipasi dalam proses mengindahkan aturan internasional yang berlaku.

"Kami akan terus memainkan peran konstruktif dalam urusan yang berkaitan dengan hukum internasional dan mengambil tindakan nyata untuk menegakkan keadilan dan keadilan internasional serta mendorong kemajuan supremasi hukum internasional," tambahnya.

2. China Damaikan Hamas-Fatah
Dua faksi terkuat Palestina, Hamas dan Fatah, akhirnya sepakat untuk berdamai dengan menandatangani perjanjian di China yang disebut demi "persatuan nasional" pada Selasa (23/7/2024).

Pejabat senior Hamas Musa Abu Marzuk mengumumkan organisasi militannya telah menandatangani perjanjian dengan kelompok Palestina lainnya termasuk saingannya Fatah saat melakukan kunjungan ke China.

"Hari ini kami menandatangani perjanjian untuk persatuan nasional dan kami mengatakan bahwa jalan untuk menyelesaikan perjalanan ini adalah persatuan nasional. Kami berkomitmen terhadap persatuan nasional dan kami menyerukannya," kata Abu Marzuk, dilansir AFP.

Menteri Luar Negeri China Wang Yi memuji kesepakatan 14 faksi Palestina untuk membentuk "pemerintahan rekonsiliasi nasional sementara" untuk memerintah Gaza setelah perang.

Hamas dan Fatah telah menjadi rival sengit sejak pejuang Hamas mengusir Fatah dari Jalur Gaza setelah bentrokan mematikan menyusul kemenangan gemilang Hamas dalam pemilu 2006.

Gerakan Islam Hamas telah menguasai Gaza sejak menguasainya pada tahun 2007.

Sementara itu, gerakan sekuler Fatah mengendalikan Otoritas Palestina, yang memiliki sebagian kendali administratif di Tepi Barat yang diduduki Israel.

3. Israel Mau Cap Lembaga PBB Teroris
Parlemen Israel (Knesset) pada Senin (22/7/2024) memberikan persetujuan awal terhadap rancangan undang-undang (RUU) yang menyatakan organisasi bantuan PBB untuk Palestina, UNRWA, sebagai organisasi teroris. Hal ini terjadi saat Tel Aviv menuding petugas lembaga itu bekerja sama dengan Hamas untuk menyerang Israel.

Dalam sebuah keterangan di layanan informasi Knesset, RUU tersebut disetujui dalam pembahasan pertama dan akan dikembalikan ke komite urusan luar negeri dan pertahanan untuk pembahasan lebih lanjut. Sponsor RUU tersebut, Yulia Malinovsky, menggambarkan UNRWA sebagai kolom kelima dalam daftar organisasi teroris Israel.

"RUU tersebut, yang didukung oleh 42 anggota Knesset, dan enam menentang, menetapkan bahwa "Undang-undang Anti-Terorisme" berlaku untuk UNRWA, dan semua komunikasi dan hubungan antara Israel dan warga negaranya serta UNRWA harus dihentikan," tulis rancangan itu sebagaimana diberitakan media Palestina, WAFA.

Menanggapi RUU ini, juru bicara UNRWA Juliette Touma menyebutkan hal ini sebagai langkah Israel untuk dapat membubarkan lembaga di bawah PBB itu. Ini merupakan pertama kalinya dalam sejarah lembaga PBB di cap teroris.

"Ini merupakan upaya lain dalam kampanye yang lebih luas untuk membubarkan badan tersebut. Langkah-langkah seperti itu belum pernah terjadi dalam sejarah PBB," tambahnya.

4. Netanyahu: Perdamaian Makin Dekat
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan kepada keluarga sandera yang ditahan di Gaza bahwa kesepakatan yang menjamin pembebasan mereka akan segera tercapai. Ini terjadi saat Tel Aviv terus menyerang wilayah itu.

Berbicara di ibu kota Amerika pada hari Senin kepada keluarga sandera, Netanyahu menyebut "Persyaratan (untuk kesepakatan) tidak diragukan lagi sudah matang. Ini adalah pertanda baik."

Upaya untuk mencapai gencatan senjata dalam perang antara Israel dan Hamas, yang digariskan oleh Biden pada bulan Mei dan dimediasi oleh Mesir dan Qatar, telah mendapatkan momentum selama sebulan terakhir.

"Sayangnya, hal ini tidak akan terjadi sekaligus; akan ada tahapannya. Namun, saya percaya bahwa kita dapat memajukan kesepakatan dan membiarkan kita memiliki pengaruh untuk membebaskan orang lain (sandera yang tidak dibebaskan pada tahap pertama)," kata Netanyahu.

5. Korban Jiwa
Jumlah korban jiwa akibat serangan Israel ke Gaza hingga Selasa (23/7/2023) telah menembus 39.670 orang. Dari jumlah itu, sekitar 15.000 jiwa merupakan anak-anak. Sementara untuk korban luka tercatat lebih dari 90.147 orang.

Untuk Israel, ada 1.139 orang yang tewas setelah 7 Oktober 2023. Selain itu, ada setidaknya 8.730 orang yang terluka akibat serangan Hamas.

Sumber : CNBCIndonesia

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel